Salam sejahtera, para penjelajah sejarah! Mari kita menelusuri sisa-sisa masa lalu yang tersimpan di Desa Tanjungsari, sebuah harta karun yang menanti untuk diungkap.
Apa Saja Jejak Sejarah yang Bisa Ditemui di Desa Tanjungsari?
Desa Tanjungsari, yang terletak di Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, menyimpan banyak peninggalan sejarah yang menarik. Peninggalan-peninggalan ini, merupakan bukti dari perjalanan panjang sejarah desa ini, dan menjadi sumber pengetahuan serta kebanggaan bagi masyarakatnya. Sebagai warga desa Tanjungsari, sudah sepatutnya kita mengetahui dan melestarikan peninggalan-peninggalan ini, agar generasi mendatang dapat belajar dari masa lalu dan menghargai warisan budaya mereka.
1. Prasasti Cibarani
Source tanjungsari-ciamis.desa.id
Salah satu peninggalan sejarah yang paling terkenal di Desa Tanjungsari adalah Prasasti Cibarani. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1976 di Dusun Cibarani dan berangka tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi. Prasasti yang ditulis dalam bahasa dan aksara Sunda Kuno ini berisi tentang penetapan batas tanah antara dua perdikan, yaitu Perdikan Cibarani dan Perdikan Karangnunggal. Isi prasasti memberikan informasi berharga tentang sistem kepemilikan tanah dan tata pemerintahan di masa Kerajaan Pajajaran.
2. Situs Cipariuk
Source tanjungsari-ciamis.desa.id
Selain Prasasti Cibarani, Desa Tanjungsari juga memiliki Situs Cipariuk. Situs ini merupakan sebuah kompleks pemakaman kuno yang diperkirakan berasal dari abad ke-15 Masehi. Terdapat beberapa makam yang tersebar di situs ini, beberapa di antaranya memiliki nisan dengan ukiran yang indah. Situs Cipariuk menunjukkan bahwa Desa Tanjungsari telah menjadi daerah pemukiman sejak zaman dahulu kala.
3. Benteng Gunung Pari
Source tanjungsari-ciamis.desa.id
Di sebuah bukit yang menjulang di sebelah timur Desa Tanjungsari terdapat Benteng Gunung Pari. Benteng ini diperkirakan dibangun pada abad ke-16 Masehi pada masa Kerajaan Pajajaran. Benteng Gunung Pari memiliki struktur yang unik, dengan parit dan tembok pertahanan yang masih terlihat hingga kini. Benteng ini menjadi saksi bisu dari perjuangan masyarakat Desa Tanjungsari dalam mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh.
4. Rumah Adat Adat Kampung Naga
Source tanjungsari-ciamis.desa.id
Salah satu peninggalan sejarah yang masih bisa kita saksikan hingga kini adalah Rumah Adat Kampung Naga. Desa Kampung Naga merupakan sebuah desa adat yang berada di Desa Tanjungsari. Rumah-rumah adat yang ada di desa ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Sunda yang unik dan masih mempertahankan keasliannya. Kampung Naga menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi bagi wisatawan yang ingin belajar tentang budaya dan tradisi masyarakat Sunda.
5. Mesjid Kuno Batu Alun
Source tanjungsari-ciamis.desa.id
Masjid Kuno Batu Alun merupakan peninggalan sejarah yang memiliki nilai religi bagi masyarakat Desa Tanjungsari. Masjid ini diperkirakan dibangun pada abad ke-19 Masehi dan merupakan salah satu masjid tertua di Ciamis. Masjid Kuno Batu Alun memiliki arsitektur yang unik dengan atap berbentuk tumpang yang terbuat dari ijuk. Masjid ini menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Desa Tanjungsari dan masih digunakan hingga kini sebagai tempat ibadah bagi masyarakat.
Peninggalan Sejarah yang Tersisa di Desa Tanjungsari
Tahukah kalian, Desa Tanjungsari di Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, menyimpan beragam peninggalan sejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan masa lampau. Dari candi hingga makam leluhur, peninggalan ini menjadi harta karun berharga yang perlu kita jaga dan lestarikan bersama.
Kali ini, admin akan mengajak kalian untuk mengenal salah satu peninggalan sejarah yang paling ikonik di Desa Tanjungsari, yaitu Candi Cangkuang. Candi Hindu ini menjadi simbol kejayaan peradaban masa lampau dan menyimpan banyak misteri yang masih belum terpecahkan hingga kini.
Candi Cangkuang
Source jurnalposmedia.com
Candi Cangkuang adalah candi Hindu yang diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi. Letaknya tersembunyi di tengah hutan belantara, tepatnya di Dusun Cangkuang, Desa Tanjungsari. Candi ini memiliki arsitektur yang unik, dengan bentuk menyerupai perahu terbalik. Atapnya terbuat dari batu bata yang disusun rapi, membentuk sebuah piramida yang menjulang tinggi.
Keunikan lainnya dari Candi Cangkuang adalah adanya sebuah pohon besar yang tumbuh di atasnya. Pohon ini seolah menjadi payung alami yang melindungi candi dari terik matahari dan hujan. Konon, pohon ini sudah ada sejak candi ini dibangun, menjadi saksi bisu perjalanan waktu yang telah berlalu.
Menurut Kepala Desa Tanjungsari, Candi Cangkuang diyakini dibangun sebagai tempat pemujaan bagi umat Hindu pada masa Kerajaan Galuh. Candi ini menjadi bukti bahwa di masa lalu, wilayah Tanjungsari pernah menjadi pusat peradaban yang maju dan berkembang.
Kini, Candi Cangkuang telah menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang populer di Kabupaten Ciamis. Banyak wisatawan yang berkunjung ke candi ini untuk melihat langsung keindahan dan kemegahannya. Pemerintah desa setempat juga telah melakukan upaya pelestarian untuk menjaga kelestarian candi ini.
Warga Desa Tanjungsari sangat bangga memiliki Candi Cangkuang sebagai salah satu peninggalan sejarah yang tersisa. Candi ini menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat setempat. Mereka selalu menjaga dan merawat candi ini dengan baik, agar generasi mendatang dapat terus menikmati keindahan dan nilai sejarahnya.
Sobat Tanjungsari, mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan Candi Cangkuang sebagai warisan budaya yang tidak ternilai harganya. Candi ini adalah bagian dari sejarah kita, yang menyimpan banyak cerita dan misteri yang masih belum terpecahkan. Dengan menjaga kelestariannya, kita turut melestarikan identitas dan kebanggaan Desa Tanjungsari.
Peninggalan Sejarah yang Tersisa di Desa Tanjungsari
Source tanjungsari-ciamis.desa.id
Desa Tanjungsari yang terletak di Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, menyimpan banyak bukti sejarah yang berharga. Peninggalan-peninggalan ini menjadi saksi bisu perjalanan hidup masyarakat Tanjungsari di masa lampau dan memiliki nilai edukasi yang tinggi bagi generasi mendatang. Yuk, kita jelajahi bersama jejak-jejak sejarah yang masih tersisa di desa kita tercinta!
Makam Keramat Embah Dalem Arief Muhammad
Di tengah pemukiman penduduk, terdapat sebuah makam yang dikeramatkan oleh masyarakat Tanjungsari, yaitu Makam Keramat Embah Dalem Arief Muhammad. Tokoh yang dimakamkan di sini merupakan penyebar agama Islam di wilayah Tanjungsari. Makam ini menjadi tempat ziarah masyarakat sekitar yang ingin mengenang jasa-jasanya dalam mewarisi ajaran Islam.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, Embah Dalem Arief Muhammad datang ke Tanjungsari pada abad ke-17. Beliau menyebarkan ajaran Islam dengan penuh kesabaran dan kelembutan, sehingga banyak penduduk yang memeluk Islam. Kiprahnya dalam menyebarkan agama Islam membuatnya sangat dihormati dan dikenang oleh warga Tanjungsari.
Makam Embah Dalem Arief Muhammad menjadi bukti nyata bahwa sejarah perkembangan Islam di Tanjungsari tidak terlepas dari peran beliau. Setiap tahunnya, masyarakat Tanjungsari mengadakan acara haul untuk memperingati wafatnya tokoh penting ini. Acara ini menjadi ajang silaturahmi dan pengingat bagi warga tentang keteladanan hidup Embah Dalem Arief Muhammad.
Peninggalan Sejarah yang Tersisa di Desa Tanjungsari
Desa Tanjungsari, kecamatan Sadananya, kabupaten Ciamis, memiliki kekayaan sejarah yang tak ternilai. Tersebar di berbagai pelosok desa, peninggalan-peninggalan sejarah tersebut menjadi saksi bisu perjalanan panjang Tanjungsari dari masa ke masa. Salah satu peninggalan sejarah yang paling menonjol adalah Masjid Jami Al Hidayah, sebuah masjid berusia ratusan tahun dengan arsitektur yang unik dan menyimpan banyak kisah menarik.
Masjid Jami Al Hidayah
Masjid Jami Al Hidayah berdiri megah di pusat Desa Tanjungsari. Masjid ini diperkirakan dibangun pada abad ke-18 oleh para penyebar agama Islam di wilayah Tanjungsari. Arsitekturnya yang unik memadukan gaya tradisional Sunda dengan pengaruh Timur Tengah.
Bangunan masjid berbentuk bujur sangkar dengan atap berbentuk limasan yang dihiasi ukiran khas Sunda yang rumit. Bagian dalam masjid dihiasi oleh lampu gantung bergaya Timur Tengah yang menambah suasana khusyuk saat beribadah. Salah satu keunikan Masjid Jami Al Hidayah adalah keberadaan sebuah bedug berusia ratusan tahun yang masih digunakan hingga saat ini. Bedug tersebut dibuat dari sebatang pohon utuh dengan diameter sekitar 1 meter dan panjang sekitar 2 meter. Suaranya yang khas menggema di seluruh desa, menandakan waktu salat telah tiba.
Kepala Desa Tanjungsari mengatakan, “Masjid Jami Al Hidayah adalah kebanggaan masyarakat Tanjungsari. Masjid ini tidak hanya tempat beribadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat.” Ia menambahkan, perangkat desa tanjungsari akan terus melestarikan dan merawat masjid ini sebagai warisan budaya dan sejarah yang tak ternilai bagi generasi mendatang.
Warga Desa Tanjungsari, Pak Ustadz, mengaku sering berkunjung ke Masjid Jami Al Hidayah untuk beribadah dan mengikuti kegiatan keagamaan lainnya. “Saya merasa tenang dan khusyuk saat beribadah di masjid ini,” katanya. “Arsitekturnya yang unik dan sejarahnya yang panjang membuat saya merasa terhubung dengan para leluhur yang telah membangun masjid ini.”
Masjid Jami Al Hidayah tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan sosial bagi masyarakat Tanjungsari. Perangkat desa tanjungsari sering mengadakan kegiatan keagamaan, seperti pengajian dan peringatan hari besar Islam, di masjid ini. Warga desa juga sering berkumpul di masjid untuk bermusyawarah dan membahas berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
Keberadaan Masjid Jami Al Hidayah di Desa Tanjungsari menjadi bukti perpaduan budaya yang harmonis antara nilai-nilai tradisional Sunda dengan pengaruh Timur Tengah. Masjid ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Tanjungsari dan akan terus menjadi saksi bisu perjalanan panjang desa ini di masa depan.
Peninggalan Sejarah yang Tersisa di Desa Tanjungsari
Desa Tanjungsari yang terletak di Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, menjadi rumah bagi kekayaan sejarah yang masih lestari hingga hari ini. Desa ini menyuguhkan berbagai bukti peninggalan masa lalu yang memberikan wawasan tentang budaya dan kehidupan masyarakat Tanjungsari tempo dulu. Sebagai generasi penerusnya, penting bagi kita untuk mengenal dan belajar dari peninggalan sejarah ini, agar dapat terus melestarikannya untuk generasi mendatang.
Rumah Adat Baheula
Rumah adat Baheula merupakan salah satu peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh di Desa Tanjungsari. Rumah ini menjadi saksi bisu kehidupan masyarakat Tanjungsari pada masa lampau dan merepresentasikan arsitektur tradisional Sunda. Struktur rumah adat ini terdiri dari kayu-kayu besar yang disusun dengan teknik pasak, tanpa menggunakan paku. Atapnya terbuat dari ijuk, serat alami yang dikenal akan daya tahannya. Keunikan dari rumah adat Baheula terletak pada bagian depannya yang memiliki beranda atau teras yang luas, yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi bagi penghuninya.
Selain nilai sejarahnya, rumah adat Baheula juga menjadi simbol kebanggaan masyarakat Tanjungsari. Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan dan merawat warisan budaya ini. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa rumah adat Baheula akan terus menjadi simbol sejarah dan identitas Desa Tanjungsari di masa mendatang.
Hayu, pada warga Tanjungsari tercinta! Mari kita sebarkan artikel-artikel keren dari situs resmi desa kita, www.tanjungsari-ciamis.desa.id, ke seluruh penjuru jagat maya. Dengan mengklik tombol bagikan, kita bisa memperkenalkan desa kita yang indah dan unik ke khalayak yang lebih luas.
Jangan lupa juga buat cek artikel-artikel menarik lainnya yang penuh dengan informasi dan inspirasi. Dengan membaca dan berbagi, kita bisa bikin Desa Tanjungsari makin terkenal di dunia! Ayo, kita tunjukkan kebanggaan kita sebagai warga Tanjungsari kepada dunia!